Sabtu, 03 Februari 2018

Beri Kami Uang; Pendatang Hujan!


Yang terlihat pada secangkirku, beberapa sore silam;


Senja memekat oleh garis sore
Siluet tipis mengambang pada jalan kerikil
Lalu lalang, lalu hilang terbawa senja

Siluet lenyap, pergi membawa perih
Berharap tanah basah, membungkam asap jahanam
Tapi tidak!
Petrikor mengudara pun,
Tak kunjung dijumpa(!)

Beri kami uang, pendatang hujan
Mampukah?
Untuk kau, yang mengira uanglah segalanya

Bukan sebagai penggila uang, kami merajuk, membujuk
Hanya meminta hak bernafas, tanpa racun mematikan, sudah.








Mak, Maut atau Jodoh??


Mak, entah bagaimana aku menggambarkannya, tapi hari ini hatiku sedang merasa sedikit tidak nyaman, bagaimana bisa, ya? Padahal, semua hal berjalan baik hari ini. Apakah ini bentuk rindu kepada kampung halaman? 


Tapi disana sepertinya tidak ada yang merindukanku, muahahahah. Aku sempat ketakutan ketika suatu saat kelak aku harus pulang dan menemui kehampaan yang tidak pernah aku rasakan selama aku berada di luar zona nyaman.

Mak, sifat apa yang kau turunkan padaku? Aku tidak pernah nyaman berlama-lama berdiam diri, aku lebih nyaman berada di lingkungan yang sama sekali asing bagiku. Menurutku, hidup diluar jangkauan kalian adalah hidup yang ternyaman bagiku. Wkkwk

Tidak ada larangan dan aturan yang mengekangku, tidak ada tatapan menyelidik, dan pertanyaan bertubi-tubi yang pasti akan di utarakan seorang emak dan kakak padaku, tidak ada pekerjaan yang harus aku lakukan dibawah perintah kalian. 

Apakah aku terlalu bebas, Mak?

Dan, Mak, aku sedang pusing memikirkan suatu hal, siapa yang akan mengunjungiku lebih dahulu?

Maut?

Atau,

Jodoh?